Anak susah makan? Baik, MPA kali ini akan mencoba sharing bagaimana menghadapi anak yang susah makan. Untuk masalah yang satu ini, tidak sedikit memang orangtua yang mengeluhkannya. Dan tampaknya ada sesuatu yang sangat perlu menjadi perhatian orang tua tatkala berhadapan dengan problem si kecil yang susah makan.
Belum Tentu Cacingan
Untuk ngingatin aja Bunda, atau Ayah, jangan terjebak dalam mitos yang banyak beredar di masyarakat, bahwa kalau anak susah makan, itu pasti karena cacingan. Belum tentu! Di antara puluhan anak-anak MPA, ada beberapa di antaranya yang Bundanya pernah menyampaikan keluhan kalau di rumah anaknya susah makan. Padahal di MPA mereka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda itu. Mereka bahkan berulangkali minta tambah.
Jika divonis karena cacingan, seperti mitos tadi, apakah mungkin ketika anak-anak itu berada di MPA cacingnya pada pergi entah kemana, lalu kembali nongol lagi saat anak-anak berada di rumah masing-masing? He... he...he. Kepastian tentang cacingan sebetulnya bisa diketahui secara mikroskopis dengan membuktikan adanya telur-telur cacing pada sampel kotoran/BAB atau feces anak, bukan dari fakta anak susah makan.
Menghadapi anak susah makan, umumnya orang tua mencoba menerapkan berbagai jurus, mulai dari mengganti menu, mengajak anak makan sambil berjalan-jalan, bahkan ada juga yang memberikan iming-iming hadiah bila si kecil mau makan. Ada sih memang yang berhasil dengan jurus-jurus seperti di atas. Tapi banyak juga yang ternyata tidak manjur. Anak bahkan ada yang semakin mantap melakukan gerakan tutup mulut meski jurus-jurus di atas sudah diterapkan.
Suasana Hati
Sabar ya Bunda... Anak susah makan sejatinya adalah salah satu 'soal ujian' yang harus dijawab dengan tepat. Relevan dengan ini, ada ungkapan bijak dari Henry Ward Beecher : Hati seorang ibu adalah ruang kelas tempat anaknya belajar (The mother's hearth is the child's schoolroom). "Ruang kelas" yang nyaman, akan memancarkan suasana nyaman juga bagi insan-insan yang sedang belajar di dalamnya. Di sini MPA ingin mengatakan bahwa, menu yang sama persis dapat menimbulkan respon yang sangat berbeda pada anak jika disuguhkan dengan suasana hati yang berbeda. Mungkin tanpa banyak disadari, ini menjadi salah satu alasan mengapa jurus mengganti menu pada anak susah makan tidak lantas berhasil mengajak mereka untuk makan, karena problemnya memang tidak terletak pada menu, melainkan pada suasana hati yang menyuguhkannya.
Hati seorang anak sangat peka. Hati mereka sebening kaca. Ada yang bilang, Anak bagaikan malaikat kecil. Karena itu, bicara tentang suasana hati, anak tidak bisa dibohongi dengan cara apapun. Seribu kali kita bilang sabar, seribu kali kita bilang tenang, semua itu tidak akan berarti apa-apa jika kesabaran, ketenangan, tidak kita tunjukan secara tulus pada mereka. Anak banyak belajar bukan dari apa yang kita katakan, melainkan dari apa yang kita lakukan. Kira-kira begitu kata para kaum bijak. Ketika anak susah makan, jangan-jangan mereka sesungguhnya sedang meniru Bunda yang sangat ketat mengurangi makan karena sedang intensif menjalani program diet misalnya.
Masih banyak faktor-faktor non medis yang bisa ditelusuri untuk menguak akar penyebab anak susah makan, sebelum melangkah ke faktor-faktor medis atau biologis. Tapi prinsipnya, yang tadi: suasana hati. MPA mengambil banyak pelajaran dari anak-anak selama ini. Mengondisikan hati untuk benar-benar fokus pada anak yang saat itu sedang diajak makan ternyata sangat positif; mereka lebih mudah nurut. Sangat berbeda keadaannya jika kita nyuapin anak (terutama yang punya riwayat susah makan) dalam keadaan tergesa-gesa, pengen cepat beres, tidak secara tulus fokus pada mereka. Yang seperti ini banyak gagalnya ketimbang berhasilnya.
Aspek Medis Bagaimana tinjauan medis untuk anak susah makan? Salah satu ahli gizi medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc mengatakan, anak mulai mengalami perubahan pola makan pada usia balita. Umur 1–2 tahun umpamanya, adalah masa transisi antara bayi dan anak. Pada periode ini terjadi penurunan kecepatan tumbuh yang cukup signifikan sehingga anak tidak tertarik untuk makan.
Namun demikian, lanjut Dr Saptawati, anak tidak boleh dibiarkan terlalu lama menolak makanan tertentu, lebih-lebih jika itu adalah sumber gizi yang penting. Apabila tidak ada upaya untuk menggugah selera makannya, maka anak bisa kehilangan kesempatan untuk memperoleh asupan gizi di masa-masa emas pertumbuhannya. Anak yang menolak sayuran dan buah misalnya, bisa berisiko mengalami stunting (alias bertubuh pendek) dan juga terhambat pencapaian kognitifnya.
Oke, moga-moga sharing ini ada manfaatnya, khususnya bagi Bunda yang berhadapan dengan "tantangan" anak susah makan. O ya, sengaja MPA menyediakan kolom komentar di bawah ini untuk sarana berbagi, khususnya yang berkaitan dengan problem anak susah makan. Jangan sungkan-sungkan untuk berbagi ya Bunda. Ya, itung-itung bisa buat nambah pahala, kira-kira begitu...
Posting Komentar untuk "Ini yang Perlu dilakukan Ketika Anak Susah Makan"